Monday, December 8, 2014

Episode 5 : Minggu, 12 Oktober 2014. Hari Terakhir VOC

Kejadian tadi malam benar-benar menguras emosi. Pada pagi itu.....terbangun dari sekejap lelap, terasa acak-acakan....kacau.

Telat untuk canoeing? Lagi. Sudah pasti.

Setelah siap-siap singkat, waktunya sarapan.....ketemu Charlotte di ruang makan, begitu ramah, begitu baik, begitu membanggakan counterpartnya....semakin merasa bersalah. Mau nangis.......

Selesai sarapan, Emily mengajak bicara bertiga dengan Charlotte, kami berjalan sebentar ke lapangan, dan......kata-kata itu mengalir begitu saja darinya, permintaan switching....dan disetujui. Hatinya begitu besar, bahkan sampai sekarang, ketik menulis ini, masih sulit menahan diri membayangkan bagaimana skenario yang terjadi kalau saja kami tidak switching....

Saat masuk kelas pun tiba. Semua sudah berkumpul, tapi....kak Rihaf hilang! Kami bertiga mencari-cari.....hingga akhirnya bertemu, ternyata ia mengalami diare. Ah, jangan-jangan psikosomasis, stres gara-gara kami :(((

Iya. Saya merasa jahat sekali pada saat itu. Merasa egois. Bahkan Lyanda juga ikut mengakui hal itu, ikut marah atas keputusan yang kami buat. Tapi.....terlanjur sudah...ah...

Hingga kelas mulai lagi, kami dipertemukan oleh salah seorang utusan dari Canada World Youth, Tammy. Ia menjelaskan banyak hal, menyampaikan banyak pesan, dan...memberi kami kenang-kenangan. Gantungan yang bergambar totem, yang setiap totem ada sejarahnya, ada pesan dalam menjalani program ini nantinya....totem punya saya adalah wolf bertuliskan caring karya Phil Gray yang merupakan seorang Tsimshian.

Hostfamily juga diumumkan pada hari itu

Setelah itu ada juga tugas membuat surat yang ditujukan kepada diri sendiri, yang akan dibuka ketika program selesai nantinya....dan materi pun selesai, VOC diujung waktunya.

Pada pertengahan hari, kami packing segera, saya-Emily-Charlotte-kak Rihaf berkumpul berempat, bertukar kembali souvenir yang sudah diberi sebelumnya...Charlotte menyerahkan vest pink kepada saya untuk diberi ke Emily, saya juga memberi sweater pemberiannya lagi, namun ia menolak, simpan saja katanya, ia akan cari benda lain untuk kak Rihaf, berkali-kali saya membujuknya untuk menerima kembali, namun...tetap ia tidak mau...

Setelah semua selesai packing, kami, 36 pemuda yang sudah bersama-sama selama 4 hari ini akan terpisah segera, 2 tim yang berbeda, 2 kota yang 45 menit jauhnya. Nanaimo dan Duncan, sampai jumpa di masa depan mendatang....

Saling berpelukan, melambaikan tangan, satu persatu kaki-kaki kami menaiki mini bus yang sudah siap membawa ke hidup selanjutnya. Hidup yang benar-benar di program, yang akan berbeda dengan camp yang begitu santai dan....segar

Perjalanan pun dimulai....menyusuri hutan-hutan, menuju kota hujan yang penuh kejutan. Selamat tinggal Cowichan Lake....



Perjalanan ini bagaikan dalam buaian, jatuh tertidur memang bagian dari kehidupan =_= Begitu bangun, mini bus sudah sampai di depan Port Theatre, Downtown Nanaimo. Di tempat ini, kami akan bertemu dengan host family. Deg-degan....super! :"D

Sebelum gladiresik menyambut para host families, kami diberi waktu untuk jalan-jalan singkat disekitar, melihat-lihat keadaan kota yang 3 bulan ke depan akan dipahami seluk-beluknya ;)

Singkat cerita, kami sudah kembali lagi ditempat, bersiap-siap...dan muncul di lobby dengan yel-yel Nanaimo-Pulau Kelapa uhu aha andalan, memberi pertunjukan kecil pada para host families, setelah itu dibacakan satu persatu pasangan hostfamily-youths :3

Emily dan saya dijemput oleh hostdad, Jerry Hinbest. Seorang professor sosiologi yang....mirip almarhum bulang :') Duduk bersama sambil makan nasi kari yang sudah disiapkan CWY, saling mengenalkan diri, excited!! 

Doski penasaran dengan salah seorang Indonesian yang menaruh begitu banyak sambal diatas nasi kari-nya, ia pun melakukan hal yang sama, merasa tertantang untuk mencoba. Doski belum tahu pada saat itu bahwa kebanyakan Indonesian adalah pecinta pedas, berbeda dengan mayoritas lidah Canadian, maka sambal di Kanada semuanya terasa tidak cukup pedas untuk kita. Lalu.....tersedak lah ia karena terlalu pedasnya >_< belakangan di hari-hari selanjutnya....ia memang orang lucu, well, banyak melakukan hal yang menyenangkan, mungkin tanpa ia sadari hihihi

Hingga waktunya kami dibawa pulang.....menuju rumah yang asing sama sekali, menjadi bagain dari keluarga yang juga belum pernah diketahui sebelumnya.

Begitu sampai rumah, bertemu hostmom, Jeanne Montemurro. Saat itu beliau sedang tidak enak badan, makanya tidak ikut menjemput kami. Maggie, hostsister kami satu-satunya juga masih belum pulang dari pekerjaannya.

Berkenalan, berpelukan dengan mom, mengobrol berempat di malam pertama itu, ditemani kepulan hangat teh yang disajikan, masih begitu asing dengan keadaan rumah. Bertanya ini itu, memberi tahu tentang kebutuhan Shalat, makanan Halal, dsb. Saya juga bertanya tentang peraturan di rumah, yang menurut senior-senior penting sekali ditanyakan sejak pertama sampai. Jawabannya adalah.....tidak ada. Tidak ada aturan, mereka cukup santai dan simpel :"D

Setelah beberapa jam mengobrol, waktunya tidur... Kamar kami adalah ruangan kecil di sebelah ruang kerja dad, kamar yang rapi dengan jendela kecil dan banyak sekali buku didalamnya, excited ingin baca semuanyaaaa. Namun sudah larut, dan akhirnya malam itu kami tertidur lelap melepas lelah, ditemani begitu banyak fikiran masih berjalan-jalan, mengira-ngira yang akan terjadi selanjutnya.

Episode 6 : http://rhadiatullah.blogspot.co.id/2015/07/senin-13-oktober-2014-canadian.html

Episode 4 : Sabtu, 11 Oktober 2014. Masih VOC. Masih Cowichan Lake

Akhirnya berhasil bangun tidak terlambat!!! :D Sebenarnya karena dibangunin sama roommates sih hihihi, lalu kita siap-siap singkat, begitu semangat mau canoeing~~~ excited bangunin tetangga-tetangga sebelah kamar, ngajakin ke danau sama-sama. Jadilah kami rombongan gadis-gadis-Indonesia-Kanada-yang-pagi-pagi-belum-mandi-tapi-super-semangat-mau-main-kano. Langkah tegap maju menuju pintu belakang asrama....tangan menyentuh gagang pintu....diputar....pintu terbuka....dan....hak! hujan! :')

 Hujannya engga deras, hanya angin yang agak kencang dikiiiittt~ tapi pertanda badai kecil gini tetap ngga memungkinkan untuk canoeing. Alhasil pada bubar jalan kembali merangkak kebawah selimut.

Tapi tidak dengan saya. 
Gaya banget. Hahaha.

Semangat ini belum luntur. Kalau canoeing dilarang, jalan-jalan dipinggir danau masih bisa kan? Di pagi yang keren ini, sayang sekali untuk dilewatkan XD 

Jalan-jalan pagi-pagi sendirian dipinggir danau ditengah hujan bukan masalah, tapi akan lebih menyenangkan kalau dilakukan bersama-sama ;D daannn....mungkin itu juga yang difikirkan Emily dan Vivien, yes! Bertiga, kami menyusuri danau pada pagi itu. Saling bercerita tentang kisah masing-masing, mendengarkan kisah satu sama lain, menikmati indahnya pagi walau hujan gemericik.

Vivien adalah salah seorang Canadian yang masuk tim Duncan-Pondok Meja, sementara Emily akan bersama-sama selama di Nanaimo-Pulau Kelapa. Mereka berdua baik sekali, daannn....ingat tentang wawancara tadi malam? Emily adalah nama yang saya sebutkan ke PS (Project Supervisor) sebagai pilihan pertama ketika mereka bertanya siapa yang diinginkan sebagai CP (counterpart) ;)

Hujan makin deras, kami bergegas kembali ke asrama. Mandi, lalu sarapan diruang utama.

Lagi, waktunya sesi. Bersemangat ke kelas, menanti ilmu apalagi yang akan kami nikmati. Ternyata mengenai topik-topik umum yang kemungkinan besar berbeda berdasarkan pandangan 2 kultur. Bentuk diskusi ini melibatkan visual, auditori, dan kinestetik, bagus sekali! Jadi, akan ada seseorang yang membacakan suatu kasus, kemudian orang yang merasa setuju dengan kasus tersebut bentuk kelompok di satu sisi, dan yang tidak setuju bentuk kelompok disisi lainnya, lalu siapkan alasan dari masing-masing kelompok tersebut.

Bentuk diskusi seperti ini menyenangkan, kita bergerak, dan memang terlihat dominasi satu kultur di satu pendapat. Hingga ada juga kasus universal yang disetujui oleh semua pihak ;D

Lalu ada permainan kursi-kursian juga, berlomba membuat gambaran yang mengalahkan gambaran lainnya. Kreatif, keren!

Berlatih penyambutan kelompok

Hingga hari pun kembali ditutup kelam. Waktu makan malam tiba, dan diberitahukan bahwa......malam ini akan ada pengumuman counterpart!!! Jeng-jeng-jeng.........harap-harap cemas, berdoa, lirik-lirik sasaran, menunggu........sambil makan cemilan daaann ngobrol sana-sini

Saat itu pun tiba. PS membagikan nama yang tertulis di kertas origami kepada pemiliknya masing-masing. Kertas tersebut tidak biasa, ada pola guntingan yang disengaja. Yak! kami harus mencari CP dengan mencocokkan potongan kertas tsb, seperti puzzle. Jika cocok, maka kalian adalah saudara, sahabat, teman hidup, rekan sekamar selama 6 bulan kedepan.

Satu persatu pasangan menemukan pasangannya......ada yang kelihatan bahagia luarbiasa, ada yang stay cool saja~ Saya melirik Emily.......dan......ternyata ia sudah loncat-loncat kegirangan bersama....kak Rihaf. Mereka adalah CP :))) lalu saya kembali melirik ke sekitar....selain Emily, saat wawancara saya juga menyebut nama Charlotte....kami saling menghampiri, mencocokkan origami, dan.....cocok! Kami berpelukan, loncat-loncat kegirangan jugaaa :D sebenarnya ada terbersit rasa sedih karena bukan yang sudah difavoritkan yang menjadi CP, tapi Charlotte juga baik, jadi tidak ada alasan untuk bersedih hati ^_^



Lalu setiap CP diharuskan membuat salam khusus, ala ala yel-yel berdua gitu. Kami jadi supermodel ala-ala, meneriakkan nama masing-masing-my lover-my counterpart, lalu berpelukan, dan tertawa-tawa riang. Setelah semua pasangan menunjukkan unjuk gaya, kami menari-nari bebas.....mmmm.....khas western sekali :"

Lelah. Ya, dan waktunya kembali ke kamar. Saya bersama Charlotte menuju asrama bersama, kebetulan kamar kami bersebelahan, Charlotte mengatakan ada sesuatu yang ingin diberikannya. Saya buka, sweater asli Hudson Bay, brand ternama asli Kanada yang bagus sekali dan saya tidak cukup berani untuk membeli karena harganya menyakitkan :')

Tuh kan, dia baik sekali. Dia bilang sangat senang kita jadi CP. Saya juga balas mengatakan hal yang sama. Vest etnik BatuBara-Sumut yang sudah saya siapkan untuk CP juga saya berikan kepadanya. Karena senang sekaligus ingin membunuh sebersit rasa kecewa yang masih timbul dengan nakal, saya kembali ke ruang utama untuk mengatakan pada beberapa teman yang masih ada bahwa CP saya baik sekali, sambil menunjukkan sweater pemberiannya. Ini salah satu cara mensugesti diri dari rasa kecewa. Tapi ya, saya juga memang bahagia. Diruangan, terlihat potongan origami bertuliskan nama kami, saya ambil, hendak menunjukkan kepadanya lagi agar disimpan. Saya bergegas kembali ke asrama.

Dia tidak ada di kamar, masih di kamar mandi, jadi saya berniat menungu saja di kamar saya sendiri. Tapi.....saya bertemu Emily di kamar. Ya, kami memang sekamar, makanya rasanya sudah cocok sekali....

Emily menanyakan apakah saya bahagia. Saya jawab, ya saya harus bahagia, bagaimana denganmu?

Kemudian dia terdiam, lalu mengatakan bahwa sebenarnya dia memilih saya, mengharapkan saya yang menjadi CPnya. Saya kaget, ternyata kami sama. Terbawa perasaan, saya juga mengaku kalau dia yang saya harapkan.

Dia mengatakan merasa sedih sekali, lalu mulai menangis. Saya tambah kaget. Benar-benar kaget, semakin terbawa perasaan, dan ikut larut dalam tangisannya. Kami saling mencurahkan perasaan dan menangis bersama. Tapi tangisan itu diusahakan jangan sampai mengeluarkan suara, sakit, sedih. Pilu sekali rasanya. Teman-teman sekamar mulai menghampiri, kak Ewis dan Dahnait. Bahkan kak Lia yang sekamar dengan Charlotte juga menghampiri. Mereka semua bertanya ada apa, kami mengaku pada mereka, tapi berpesan jangan sampai CP kami masing-masing tau.

Kami mulai meracau, menyesali keadaan, dan tiba-tiba tercetus ide dari si doi untuk bertukar CP saja, meminta pada PS. Saya kaget. lagi-lagi kaget. Nih bule-bule emang tipenya pada nekad ya? Berani banget. Dan.....itu bisa menyakiti CP kami yang sesungguhnya.

Tapi saya malah mengiyakan. Perasaan memang menghanyutkan. Mencoba menghapus air mata yang ada, menyembunyikan sisa-sisa sembab, kami mengendap-endap keluar asrama. Agar tidak ada yang curiga, kami keluar bergantian. Saat berjalan menuju ruang utama, saya masih bimbang. Benarkah ini cara yang benar? Saya tanya lagi pada doi, serius mau tanya soal ini? Yakin emang bisa? Dan dia mengiyakan dengan mantap. Duh, saya khawatir T_T

Sampai di ruang utama, masih ada beberapa orang, termasuk kak Rihaf, duh makin segan rasanya....lalu kami menghampiri kak Adit dan Simon, bilang ingin bicara.Melihat wajah kami yang sembab, wajah mereka langsung terlihat khawatir.

Kami duduk berempat dipojokan. Sulit untuk memulai pembicaraan. Tapi akhirnya semuanya mengalir, menangis lagi, terbawa emosi, rasa, harap, dan sebagainya. Sampai lewat jam 1 pagi, masih berembuk dengan haru......PS kami ini sangat terbuka dan hangat, mereka peduli namun juga ingin kami berfikir lebih luas, menegosiasi cara-cara yang memungkinkan atau menjalali semuanya, toh semua bakal mengalir nantinya.

Saya sudah pasrah, ngga usah dirubah gapapa deh....tapi akhirnya hasil dari diskusi kami adalah....kami berdua harus bicara sama CP masing-masing, kalau mereka setuju, maka kami bisa bersama. Ini yang saya takutkan, membuat mereka.....tersakiti oleh kami.

Singkat cerita, kami bertemu kak Rihaf, berbicara, dan.....ia setuju. Emily adalah orang yang pintar berdiplomasi, kata-katanya halus, ekspresinya tulus....namun dibalik itu, ia punya keinginan yang keras dan usaha untuk mewujudkannya. The real Canadian.

Charlotte sudah tidur, jadi kami harus menunggu besok pagi untuk mengatakannya....saat itu sudah jam 2 pagi, kami melapor perkembangan terbaru ke kak Adit dan Simon, lalu pergi tidur....

Episode 5 : http://rhadiatullah.blogspot.co.id/2014/12/minggu-12-oktober-2014-hari-terakhir-voc.html

Monday, December 1, 2014

Episode 3 : Tentang hari ketiga yang ditulis pada hari ke lima puluh tiga :')

Jumat, 10 Oktober 2014 di Cowichan Lake, British Columbia, Canada

Telat banguuunnn.....ngga jadi ikutan canoeing.... T_T

Buru-buru siap-siap, sarapan, daaannn menuju kelas. Hari ini banyak diskusi, presentasi kelompok, dan sebagainya~ Sudah lebih akrab, lebih hangat, lebih hafal semua nama-nama teman-teman baru ini ^o^ jeda istirahat ada banyak, kita super fleksibel, dan Alhamdulillah selama VOC juga disediain ruangan untuk kita solat berjama'ah :'D

Hingga tidak terasa senja menyongsong, kelas bubar, dan kita semua kumpul di ruang utama. Nonton salah satu episode TED, bagus tapi berat :')

Setelah itu kita bebas lagiiiii~ main piano, main monopoli, saman-samanan, main apaaaa ajaaaa sampai tengah malam. Kalo ngga salah sambil nunggu giliran diwawancarai Kak Adit dan Simon (Project Supervisornya kitajuga ni, wawancara tentang kriteria hosftfamily idaman, counterpart pilihan 1 dan 2, dsb~




Selamat! Kali ini singkat saja hihihihi. Prokastinasi memang bahaya! Semakin lama menunda semakin lupa auranya :"

Episode 4 : http://rhadiatullah.blogspot.co.id/2014/12/sabtu-11-oktober-2014-masih-voc-masih.html

Wednesday, November 19, 2014

Episode 2 : Tentang hari kedua yang ditulis pada hari ke empat puluh satu :')

Kamis, 9 Oktober 2014 di Cowichan Lake, British Columbia, Canada

Rembulan kembali ke peraduan, hari baru tiba menjelang. Manisnya pagi, membuka pandang ke langit-langit kamar, percakapan bahasa inggris terpantul-pantul di udara. Rasanya seperti di film.......seperti asrama sekolah-sekolah orang-orang berkulit putih di telenovela dahulu kala. 

Masih seperti mimpi, saya benar-benar disini, menjadi bagian dari persekutuan pemuda-pemudi 2 bangsa yang begitu berbeda. Ucapan selamat pagi, menanyakan bagaimana tidur semalam, bergentayangan dari kamar ke kamar. Kemudian bersiap-siap singkat karena bangun yang sebenarnya sudah pada telat, sarapan sudah menunggu.

Beramai-ramai di ruang makan yang besar, dimana lagi-lagi percakapan bahasa inggris berdentang-denting di udara, Mencoba berkenalan lebih dekat, mengobrol lebih jauh, setiap waktu makan nantinya akan seperti ini dan berganti-ganti teman sebelah di meja. 

Seusai sarapan yang luar biasa banyak pilihannya, kami, 36 pemuda pemudi Indonesia Kanada (Habibah, Emily, Lyanda, Gillian, Jeni, Anais, Mute, Kianna, Rihaf, Charlotte, Rifan, Cale, Ihram, Donovan yang sebenarnya nyusul datangnya, Adi, Caelhan, Arief, Alexis, Rahmi, Anne, Takim, Robert, Bagus, Jason, Syifa, Audrey, Lia, Vivien, Yayang, Andrew, Ayim, Chelsea, Jeffry, Nathaniel, Ewis, Dahnait) berkumpul diruangan workshop, siap menerima materi pertama selama VOC. Materi pertama sudah jelas seperti yang biasa dimana-mana, perkenalan.

Perkenalan tentang diri, tentang program, tentang peraturan, tentang segala hal-hal baru yang akan segera dihadapi. Berbagai kesan pertama muncul, walau belum hafal semua nama-nama yang ehem, agak susah, lagipula wajahnya juga mirip-mirip hihihi. Materi diselingi dengan permainan-permainan yang membuat tidak sadar waktunya untuk makan siang sudah datang.

Daun Maple pertama, nemu di ruang workshop :')
Suasana ruang Workshop

Setelah makan siang yang tidak kalah besar seperti sarapan sebelumnya, kita kembali ke kelas, diberi tugas untuk presentasi, kemudian keluar lagi. Ya! Presentasi akan dilakukan diluar ruangan, menkmati cerahnya lagit dan indahnya alam :'D

Jadi presentasinya tuh berbasis kenegaraan, tim Indonesia dan tim Kanada. Masing-masing beri gambaran seingkat tentang negaranya, seperti pengetahuan umum, budaya, politik, dll. Emang pada senang nyanyi dan nari kali ya? Dua hal ini ndak kunjung tertinggal baik di kedua kubu :"D

Hingga malam tiba, setelah lagi-lagi makan malam, api unggun siap menyala :D dari lokasi asrama, kita menembus sedikit hutan menuju tepi danau. Pertama kali makan marshmallow yang dibakar langsung di api unggun, lembut, manis, hangat, meleleh, enak sekaliiiiii :')

Bulan juga sangat indah pada malam itu, dipinggir danau yang tenang, malam hari yang dingin, kobaran api yang menyala-nyala, riangnya suara tawa, merdunya alunan nada lagu-lagu cinta, malam yang bersinar-sinar, takjub mengapa begitu mudah persekutuan 2 bangsa ini menyatukan jiwa :3

Cukup dingin.....dan semakin malam.... Saya dan beberapa teman bergegas kembali ke aula yang juga ruang makan, dimana 24 jam selalu ada cemilan :"

Bukannya langsung tidur, mata terpaut pada piano di sudut ruangan, kami dengan antusias mengelilinginya, bermain bersama, sampai larut...sampai hanyut...dan buat janji untuk coba canoeing keesokan paginya ;)

Episode 3 : http://rhadiatullah.blogspot.co.id/2014/11/tentang-hari-ketiga-menundyang-ditulis.html

Friday, October 31, 2014

Episode 1 : Sudah Tiba Waktunya. Sudah Tiba Waktunya :D

Assalamualaikum!!!! Lama sudah rasanya tidak mendengar dan memperdengarkan salam penuh doa keselamatan itu disetiap hari :")

Ya. Allah telah menunjukkan kembali kehebatannya, kemahakuasaannya. Saya, putri Indonesia, eehhh, wanita asli Indonesia, berdarah murni Karo (salah 1 dari 8 etnis asli Sumatera Utara), yang hampir seumur hidup tinggal di kota Medan dan menjalani hari bersama keluarga, kini diizinkanNya merajut hari dibelahan bumiNya yang lain.

Melintasi ribuan mil, melewati samudera, terombang-ambing beberapa masa di angkasa, bertemu dunia yang berbeda, merajut hidup dengan gejolak muda

Cottleview Dr, Nanaimo, British Columbia, Canada. Selama 3 bulan kedepan, saya akan bersemayam disini, menatap pohon-pohon raksasa melewati dinding kaca besar menuju bukit penuh rusa dibelakangnya. Ayah, ibu, saudara-saudara perempuan, disini kami tinggal bersama. Kita keluarga, sama seperti yang murni tertaut aliran darah di Pasar 3 Tanjung Sari, Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

Saya tidak bisa menunda lebih lama lagi, kisah ini terus mengalir dari satu masa ke waktu selanjutnya. Sudah terlalu banyak yang tercatat menjadi tulisan buram mempersiapkan semua tulisan ini naik kepermukaan. Saya siap sedia untuk mengulang semuanya, menceritakan kembali kisah yang sudah direncanakanNya dan kejutan-kejutan penuh rahasia.

Sesungguhnya proses ini begitu panjang, semua sudah berawal sejak setengah tahun yang lalu. Semoga akan ada suatu waktu saya dapat menguraikan kembali semuanya sejak saat itu. Hari ini, di pagi hari yang dingin pada musim ketika daun-daun mengatakan sampai jumpa pada rantingnya, di Cottleview Dr, saya akan memulai dari hari pertama saya berada di negara bersistem pemerintahan demokrasi federal ini.


Rabu, 8 Oktober 2014 di Kanada. Kamis, 9 Oktober 2014 di Indonesia
Lima puluh orang pemuda Indonesia ber-attire one biru mendaratkan diri di Vancouver International Airport, setelah perjalanan jauh nyaris dua hari meggunakan pakaian kebanggaan yang sama, yang aromanya tetap baik-baik saja (hahaha).

Takjub, kini kita menginjak bagian bumi yang berbeda :") Bergegas menuju bagian imigrasi, kita mau ditanya-tanya nih, saya sempat berfikir, mungkin wawancara akan menjadi proses sepanjang masa yang tiaaaada habisnya. 

Setelah beberapa waktu bergantian ditanyai petugas imigrasi, kita ber50 lolos!!! \:D/ Namun kebersamaan kita ber50 selama kurang lebih 2 minggu terakhir sudah sampai pada ujungnya...kita akan berpencar menjadi 5 kelompok, menuju 5 lokasi yang berbeda di tanah negeri persemakmuran Inggris.

Whitehorse, Yukon, tempat paling dingin di Kanada. Camrose, Alberta, kota yang simbolnya rose. Haida Gwaii, BC, tempat first nation banyak menempatinya. Duncan, BC, kota kecil yang totem dimana-mana. Nanaimo, Snuneymuwx, harbour city, kota yang santai, yang juga hujan setiap hari. 

Tim Nanaimo dan Duncan akan tetap bersama hingga Volunteering Orientation Camp (VOC) selesai, namun tim lainnya akan terpisah pada detik itu juga. Berangkulan, berfoto bersama, berpisah untuk kembali bertemu lagi nantinya. Saya dan dua kakak terdekat saya, yang setiap hari tidur bersama selama Pre Departure Training (PDT) di Mess Memet Seskoal, Jakarta, yang menghabiskan begitu banyak waktu konyol bersama, juga akan terpisah pada masa itu T_T

Kak Nindy penari sejati nan lincah dari Kalimantan Barat dengan kisah surat cintanya dan uang Rp 1000 dari secret admire di amplop inbox PDT akan berjuang melawan dingin di Yukon. Kak Dika, gadis Jawa Timur yang supel nan ceria dan dalam 2 menit saja bisa langsung melepas kesadaran dirinya akan bertarung ala indian di Haida Gwaii. Setiap hari kita berjuang menutup pintu kamar yang rusak, berlomba mandi super cepat, tidur 2 jam yang nikmat, bermake-up hanya dalam beberapa ketukan notasi nada, saling menjawab couple yang sudah menjemput pada pagi hari "iyaaa sebentar lagi", sempat-sempatnya curhat-curhatan di waktu jeda yang sempit, kecarian kunci kamar siapa yang pegang, surat-suratan lewat inbox padahal tinggal 1 kamar, nekad jemur pakaian di luar sementara yang lain jemur pakaian di dalam, pernah dapat predikat kamar ter-uhuk hingga akhirnya taubat pada malam itu juga, daaaannnnn masih banyaaakkk lagi kisah kita di 3 ranjang yang sengaja kita rapatkan bersama, mempermudah setapak jalan kamar dan juga jalannya kita bergosip, aahh sampai jumpa roommates tersayang, sampai jumpaaaa :")


Setelah semua menuju jalannya masing-masing, tim Nanaimo dan tim Duncan membusungkan dadanya bersemangat menuju bus sekolah yang sudah menunggu. Serius, kita naik bus sekolah!!! XD

Sepanjang perjalanan menuju suatu tempat untuk melaksanakan VOC yang kita pada saat itu belum tahu kemana, kita bernyanyi dan berceloteh dengan riangnya. Hingga pada satu jalan, kita melewati sebuah masjid. Ya! Ada masjid di Kanada! Allahu Akbar :"D

Sesampainya di sebuah pelabuhan, (pelabuhan kali ya?) kita dapat uang jajan pertama, 30 dollar :"D Ferry yang akan kita naiki masih beberapa jam lagi, kita punya jeda waktu untuk apa saja, terutama makan siang. Terakhir kali makan adalah jam 6 pagi di pesawat, dan saat itu sudah jam 3 siang, super lapar! Hahaha. Oke, uang jajan pertama segera terpakai, dengan berbagai pertimbangan mahalnya harga dan kehalalan makanan yang ada, untuk pertama kalinya XD

Singkat cerita, tiba waktu kita menaiki sang kapal. Oke, program kali ini benar-benar plus-plus. Sudah transit di Korea, akan naik kapal yang besar pula. ICYEP 2014 include IKYEP dan SSEAYP :)))))))


Pamerin saman ke penumpang kapal dan bernyanyi-nyanyi riang kerap kami lakukan. Hingga malam tiba, kita diajak untuk melihat sesuatu yang menakjubkan. Ciptaan Allah yang tiada duanya. Bulan, purnama sempurna, bercahaya terang, menemtramkan, memesona, menakjubkan. Bulan malam itu begitu indah. Begitu sempurna. Dingin sekali udara laut pada saat itu, tapi cahaya yang satu itu menyirnakan gigitan dinginnya malam. Kabut yang menyelimuti sekitar menambah dramatis situasi, Dari kejauhan, juga terlihat kerlap kerlip cahaya dari kota di samudera sebrang. Indah :")

Hingga malam semakin temaram, kita sampai di pelabuhan sebrang. Menggunakan mobil, kita menuju kegelapan. Serius gelap, masuk ke hutan-hutan, jalan berlika-liku, tas yang dipangku terasa bertambah berat, hingga semua tak terlihat. Saya tidak lagi sadarkan diri. Tertidur dalam buaian perjalanan.

Beberapa jam kemudian......sampai. Terbangun masih dalam kegelapan, di suatu tempat yang dikelilingi pohon-pohon raksasa dan suhu udara dibawah biasa. Kita tiba disana, tempat VOC akan bermula.

Buru-buru turun dari mobil. Melambaikan tangan dalam gelap, kearah dimana pusat rasa deg-degan berasal. Para Canadian. Ya, mereka hanya beberapa meter jaraknya. Mereka yang akan menjadi bagian dari kehidupan selama 6 bulan kedepan. Mereka yang bisa saja jadi sahabat terdekat, namun juga berpotensi menjadi teman yang tidak cocok dalam segala hal.

Mereka.....orang asing.

Masih dalam gelap, Indonesian sudah turun semuanya dari mobil. Menghampiri mereka yang sudah berbaris rapi, 18 orang Canadian. Bersalaman bergantian, berkenalan, menyebutkan nama masing-masing, mencoba mengingat dalam waktu cepat. Masih dalam gelap, masih hangat oleh deg-degan.

Kemudian kami berjalan menuju ruang utama. Terang. Sangat terang. Pertama kalinya mengamati wajah mereka satu-persatu. Mereka menyambut dengan hangat, namun ada beberapa yang wajahnya agak.....berbeda. Melihat kami dengan....ternganga? *yang pada akhirnya kini jadi dekat juga ;D

Kami memberikan yel-yel andalan, mereka menyambut dengan tarian. Hingga tiba saatnya memilih kamar, Seorang perempuan cantik yang berkulit hitam dan berambut ikal menawarkan bantuannya untuk membawa barang-barang bawaan. Namanya Dahnait, ia baik sekali, dan akhirnya kami sekamar, bersama kak Ewis dan juga Emily. Kenalan lebih jauh, bercerita hal-hal kecil. Super!

Berbenah barang-barang sebentar. Membersihkan diri. Hingga tiba saatnya beristirahat. Excited tingkat maksimal, tidak terasa lelah sedikit pun! :D

*akhirnya selesai juga kisah di hari pertama....akan menyusul catatan beberapa puluh hari berikutnya, stay tune! ;D

Episode 2 : http://rhadiatullah.blogspot.co.id/2014/11/tentang-hari-kedua-yang-ditulis-pada.html

Monday, August 18, 2014

RencanaNya Selalu Merdeka-kan Jiwa

Ketika hatimu bergumul risau, tuliskanlah, niscaya akan ada setitik air syurga yang jatuh dan menyublim ke penjuru lainnya sehingga ketenangan itu kembali datang.

Itu yang saya rasakan setelah menulis postingan yang terakhir. Pelan-pelan jadi bisa berfikir lebih jernih lagi, lebih lega :")

Okaiii, kita masuk ke catatan-hati-seorang-calon-istri-dan-calon-ibu (hahaha) yang selanjutnya yah

Dirgahayu Indonesia-ku, Happy 69th Independence Day!!! \(^^)/

Ada yang berbeda diperingatan hari kemerdekaan tahun ini, ada kejutan lagi yang menghiasi sudut-sudut berkabut

Sebagai mahasiswa yang mencintai kampusnya, hihihi, saya selalu hadir di setiap upacara nasional yang diadakan, lebih tepatnya diwajibkan untuk selalu hadir. Sebenarnya ini berhubungan dengan kucuran rupiah yang dipersembahkan setiap tahun dari pemerintah :)))) di kampus ada peraturan, bagi yang Alhamdulillah dapat beasiswa, harus selalu ikut upacara-upacara seperti ini

Siang hari sebelum hari H, masuk sms dari teman saya yang kemarin sama-sama berangkat ke Bandung untuk ikutan Kasep 2014. Ia menginformasikan besok harus datang jam 7.15 dan pakai jaket almamater. Olala, upacara biasanya dimulai jam 8, kenapa kami diminta datang lebih pagi? Ada feeling yang baik nih :")

Ternyata benar, sesampainya di kampus, kami yang katanya total ada 20orang dari berbagai fakultas, yang tidak semuanya saya kenal diberi pengarahan mengenai tempat berbaris dan penghargaan yang akan diberikan. Allahu Akbar! Saya akan berbaris di tempat spesial, di bagian depan, tempat biasanya mahasiswa berprestasi diumumkan, tempat yang sejak saya masih menjadi mahasiswa baru dulu saat pertama kali mengikuti upacara di USU selalu saya lirik-lirik dari kejauhan, tempat yang saya doakan diam-diam dari barisan saya yang biasa bisa menjadi tempat saya disuatu hari, dan kesempatan untuk menempati tempat itu ternyata sungguh nyata, doa saya kembali dikabulkanNya.....

Jadilah itu upacara paling tertib selama saya mengikuti upacara disana :')

Hingga tiba masa pemanggilan nama-nama kami yang ber-20 untuk maju ke depan podium dan memeroleh penghargaan, ternyata ada kejutan lainnya

Kami mendapat tunjangan, uang tunai, yang jumlahnya Alhamdulillah sekaliiiii. Saya langsung teringat kebutuhan-kebutuhan logistik yang begitu banyak untuk keberangkatan pertukaran nanti, sejujurnya saya sedang kesulitan, dan Allah kembali menunjukkan kuasanya, rezeki itu datangnya begitu indah kawan :')

Rektor dan PR3 menyalami kami satu persatu, mengucapkan selamat, mengapresiasi tinta yang telah kami torehkan, memberikan hadiah-hadiah itu, lalu berfoto bersama. Sederhana saja, tapi berhasil menggetarkan hati saya yang teringat ayat ini... ".....Call on Me, I will answer your prayers....."

".....Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku perkenankan bagimu....." (QS. Al Mu'min : 60)

Doa itu nyata. Doa itu senjata :"D


Reuni Tim Psikologi USU untuk Kasep 2014 XD
Terima kasih banyak....ini sangat berarti :')

Bersama mereka yang rindunya udah luarbiasa, tapi kurang poyi :")

Sunday, August 10, 2014

Ada Jeda Bahkan Ketika Mimpi Dijemput Masa

Ada sesuatu yang kurang, ada perasaan yang menghantui saya, ada ketakutan-ketakutan yang membisiki dengan hebohnya

Saya berbeda, tidak sama dengan tekad semasa itu. Saya berbeda, dan saya merasa rindu pada masa masih biasa

Saya rindu dengan masa nyaman menjadi seorang yang....dulu. Berkumpul bersama mereka, diingatkan dengan hal-hal setelah dunia

Bukan itu, mungkin timbul kepengecutan menghadapi apa yang sudah saya minta-minta. Rasanya penuh tanya, rasanya takut, rasanya ragu benarkah ini yang seharusnya

Benarkah saya menjauh? Apakah yang sudah terlewat jauh?

Pengorbanan, pilihan, pagi hingga malam, kebersamaan, menduakan banyak hal, hari yang berbeda, fikiran yang bergumul-gumul, perbandingan-perbandingan, kehampaan, benarkah ini jalan saya?

Mungkinkah setiap orang akan ada pada masa ketika ia mempertanyakan apa yang sudah lama yang ia impikan?

Sebenarnya saya tidak ingin mengakui perasaan ini. Tapi tidak seharusnya dipendam dalam dusta, dan kini waktunya bercerita

Saya tidak sanggup menceritakan dengan jelas, biarlah kode-kode seperti ini membantu melepas sesak di dada.

Saya sudah berbeda, belum jauh, tapi mungkin akan lebih jauh.Tidak apa jika itu baik, tapi bagaimana kalau sampai kehilangan tujuan utama?

Mengingatnya dalam bentuk kata mungkin tidak mustahil, tapi merasakannya lagi, menghirup secercah harapan yang dulu berkobar-kobar

Mungkin saya butuh jeda, Berhenti sebentar dari semua ini. Tapi tidak! Saya bahkan belum melakukan apa-apa, persiapan ini tidak cukup, sama sekali tidak mendekati cukup. Saya malu kenapa begitu lama, miris rasanya.

Ketika diri sendiri memang menjadi tantangan yang utama, ketika bayangan-bayangan menambah bumbu supaya drama semakin seru, ketika setiap hari ada yang kurang berarti, ketika semuanya harus disyukuri tapi kemudian kembali berfikir keras sekali, ketika lupa menjadi resep utama, saya merasa payah

Saya butuh kembali langkah awal dan melihat keadaan sekarang dari masa itu. Saya tahu kemana harus berlari, namun bagaimana caranya terasa begitu jauh. Saya jatuh.

Banyak sekali yang tertunda, banyak sekali niat yang terbengkalai, dan lebih banyak lagi penyesalan-penyesalan yang menghantui diri sendiri. Seakan-akan fikiran-fikiran ini menjadi awan di segala penjuru langit. Saya butuh kembali pada yang seharusnya.

Tuesday, July 1, 2014

Marhaban dan 3 Hari Hore :D

Marhaban yaa Ramadhaaann :D
Selamat datang duhai bulan penuh ampunan, bulan dengan pahala seribu bulan, bulan kelahiraaann :D

Saya rinduuuu sekali masa-masa karnaval menyambut Ramadhan saat SD dulu. Jalan kaki beramai-ramai, bawa papan tulisan-tulisan hasil buatan sendiri, bagi-bagi stiker, menyanyikan lagu-lagu bersama teman-teman, riuh rendah suara koor kompak anak-anak penuh semangat

Cuaca memang terik, kota Medan selalu dihangatkan matahari. Namun semua pertanda alam itu tidak sanggup melebur antusiasme kaki-kaki kecil kita untuk menyambut Ramadhan tercinta

Sekarang, kaki-kaki kecil itu sudah bertumbuh lebih besar, jejaknya sudah dan akan terus tersebar, kita yang tertatih-tatih tiap mendengar bunyi bel pertanda masuk kelas, kita yang memekik tiap saling berkerjaran, kini sudah menyebar, kini sudah melebar XD

Di siang yang hangat ini, tepat hari kedua Ramadhan, tepat hari kedua juga saya pulang dari pertemuan pertama bersama teman-teman seperjuangan sepertukaran *ahai

Pada tanggal 25 Juni 2014 yang lalu, sahabat si raja rimba mencengkram angkasa, tergeluti awan-awan mengantar kami menuju kita

Saya terbang bersama partner in crime, eh engga deng hahaha, bersama Bang Yugo -pasangan utusan dari Sumut dan Dhika -sahabat sejak SMA yang ngga sengaja 1 pesawat, jodoh! :*

Hari pertama, pertemuan 39 yang nantinya akan menjadi 45 kita riuhkan dengan sapa, tanya nama, bicara beragam bahasa. Kita bertemu, untuk pertama kalinya, di bandara ibukota. Hai, wajah-wajah yang penuh duga, ini saya, yang masih ada diantara


Tapi sejak detik itu juga saya tau, hati-hati kita akan bersatu, padu memandu perjalanan yang terus kita perjuangan. Saya berjanji, akan berusaha agar kita bertemu lagi, agar jangan dulu diganti

Jadi yah ceritanya, kita kumpul di salah satu resto di bandara itu, uhuy, ributnya kita memenuhi udara XD

Setelah beberapa kandidat lain tiba, kita lanjutkan perjalanan dari cengkareng menuju Jakarta Barat, tempat kita akan menjalin rindu setelah 3 hari berpadu

Actually, disana itu ngga ngumpul lengkap. Ada beberapa yang udah di hotel, ada yang nyampe ntar malem, ada yang ngga bisa datang karena lagi periode jugaa

Kita naik bus menuju hotel, perjalanan pertama kita dalam satu kendaraan yang sama

Sampai hotel, masuk ke kamar masing-masing yang udah dibagi sebelumnya, Sholat, terus ngumpul di lobby, dan menuju aula bersama-sama. Makan malam, pengarahan, daaannn istirahat

Saya satu kamar dengan seorang gadis dari Kalimantan Timur. Dia adalah seorang yang sangat pengertian, penuh semangat, bergerak cepat, teman bercerita yang cerdas. Diakhir pertemuan, walau beda yang dipercaya, kami saling menautkan tangan dan berdoa bersama. Belakangan saya baru tahu kalau dia adalah duta pariwisatanya Kaltim dan pernah diwawancarai VOA pas lagi ada acara di US. Duh, roommate, kamu penuh rahasia! ;D
Miss Pingkan, miss you! :"
Jadi keesokan harinya, Jum'at, 26 Juni 2014, pagi-pagi buta, kita bersiap-siap untuk acara utama. Yak, medical check up sodara-sodara. Kita tidak sarapan, harus puasa dulu, jadi langsung deh melesat cepat menuju salah satu rumah sakit di daerah kuningan

Sampai sana, belum buka, belum mulai pemeriksaannya hahaha kepagian -.-" Jadi cerita-cerita aja, mengabdikan momen di kamera, hingga satu persatu nama kita dipanggil

Selama sesi cerita-cerita yang ada juga curcol-curcolnya ituuu, saya menemukan kembaran yang sudah begitu lama hilang, bahkan tidak pernah bertemu sebelumnya

Kak Aim namanya, gadis dari Bangka Belitung. Kita sama-sama anak psikologi, berjilbab, berkacamata, pakai baju orange pada hari itu, dan........tangan kita.............

Posisi tahi lalat yang sama pada tangan sebelah kiri yang langkaaa :"D

Ukur~ ukur~ ukur~ tinggi badan, berat badan, mata, tekanan darah, pengambilan darah, pemeriksaan tht, tulang, air seni, roengent, mmmm apa lagi ya.... setelah itu baru deeehh bisa makan :D

Setelah semua selesai, kita balik ke hotel, makan siang lagi hihihi. Terus pengarahan. Kemenpora first. Bapak-bapak menginspirasi yang keren sekali. Terus istirahat, daaannn ba'da maghrib kembali berkumpul. Ada info yang salah, saya dan roommate kira kumpul jam 19.30 itu untuk makan, ternyata....itu harus udah makan. Jadi deh kita diet, ga makan malam XD

Pengarahan dimulai kembali, kali ini dari alumni-alumni senior. Mendadak kita di tes!!! Oke... ketar ketir getir rasanyaaa. Ada 3 meja, meja 1 untuk international issue, meja 2 untuk tentang  diri sendiri, meja 3 untuk menari dan bernyanyi. Aaaaa shock.....tapi alhamdulillah :"

Selesai itu udah tengah malam, lanjut ukur batik, ngobrol, hingga tidur di jam 2 pagi hihihi. Esoknya, alarm khas roommate saya (saya sekarang saya jadikan alarm juga) berkali-kali  di snooze sanking kita kantuknya XD lagian pagi ini kita tidak harus kembali bangun pagi-pagi buta kok :D

Sabtu, 27 Juni 2014, pasca berhasil membuka mata, bersiap-siap, sarapan, daaannnn tibalah saat-saat terakhir itu....kita akan kembali ke pangkalan masing-masing, hampir ke setiap 34 provinsi yang ada di tanah air, ibu pertiwi yang begitu mutakhir


Dalam waktu 3 hari, saya bertemu 38 teman-teman se-nusantara yang.....ah....kalau boleh sebut satu-satu...dari barat hingga ke timur.... ada kak arief yang kharismatik, bang yugo yang emang udah kenal duluan huaha ini orang super sekali, vani yang imut nan lugu, kak ary yang suka main tebak-tebakan dan hipnosis-hipnosisan, kak lia ibu peri yang jagonya membawa keramaian, kak aim my twins!! :*, koko handri yang bersahabat sekaliii, kak mute yang sejak sebelum ketemu udah terasa super care dan melindungi, lyanda yang panggilan sayangnya li, kak hesti yang berinisiatif tinggi, koko jeffry yang lucu dan cerianya mengalahkan mentari, kak aii yang mengagumkan sekali, kak gilang yang berprinsip ta'aruf hihihi, kak syifa yang super ibu hore kita banget, kak rifan yang sepertinya lebih suka bertindak daripada berbicara, kak wawan oppaaaaa ini lucunya ampun-ampunan :", kak amel imam sholat jamaah dadakan kita yang pernah ke uk *envy*, mas bagus yang kata kak aii matanya bersinar, kak frischa gadis bali super cantik nan cerdas, kak ihram yang sepertinya mirip kak rifan >o<, kak mimin sang bodyguard kece, kak adam anak hardcore yang pernah punya rambut gimbal, kak takim blasteran yang tenang nan meneduhkan ahai, pingkan super pingkan pingkan muah muah, kak rihaf yang pertama kali naik bus kita sebelahan-doi cerdas sekali dan super jagoooo desain, kak rahmi kakak pkk hihihi cerianya sepanjang masa- tetangga kamar yang paling sering jemput bibah-pingkan untuk kumpul ke aula, kak cici yang mirip kakak penginsprirasi di kampus, kak linda sang annisa pohan yang fasih bahasa prancis, dedek theo yang cerdik dan ngajak ngomongin ggs hahaha, kak andin yang malu-malu disuapin nasi goreng hihi terus kita sering bareng-bareng cerita banyaaak hal :*, kak ichal yang sepertinya mirip kak rifan kak ihram atau mungkin saya yang belum berinteraksi lebih banyak dengan mereka huhuhu, kak ewis sang mutiara dari timur, kak renny yang imut dan lincah, kak jeri yang fasih banget sama berbagai kesenian, kak jeni abang yang lucunya ampun-ampunan pemecah segala beku dan kaku, kak rara yang super cantik dan jago musik kyaaa, kak ando bapak hore yang kepemimpinannya melimpah ruah, daaaannn daeng adi yang santai tapi serius. Semoga kita semua lulus mcu-nya....uni dhia dan kak dena yang belum sempat ketemu karena lagi periode juga semoga bisa ketemu di pdt, dan.....4 teman lainnya utusan pusat yang akan segera berkumpul juga :D

Hingga bus kembali melaju dengan syahdu, tawa kita yang ada di udara mendadak berkabut pertanda akan rindu. Hingga tiba di bandara, satu persatu kita masuk ke pintu-pintu yang membawa kembali ke halaman beranda. Doa saya satu, semoga Allah izinkan kita berjumpa lagi, dalam program yang sesungguhnya, hingga menyelesaikannya, hingga juga menjalankan tugas setelahnya, hingga menjadi pemuda-pemudi yang bermanfaat untuk yang lainnya, untuk Indonesia, untuk bangsa, negara, juga agama. Allahumma amiinn... Allahumma amiinn...

Can't wait to see you soon...soon...soon! :D

Monday, June 16, 2014

It's Your Time, It's Your Turn

" It's your time, Allah give it to you, no matter how the other is "

Kurang lebih seperti itu yang dikatakan salah seorang senior pada sore tadi. Rasanya dalam sodara-sodara...ada yang membuncah di hati saya, rasa-rasa khawatir yang sesekali muncul, yang membawa perbandingan-perbandingan diri yang sudah jelas sebenarnya tidak perlu, kembali tersadarkan dengan kata-kata itu.

Saya percaya. Saya percaya. Saya Percaya :")

Apa yang ditentukan Allah tidak pernah salah. Bila ini saatnya, maka saya akan siap, dan Allah juga akan senantiasa menolong saya untuk semakin siap.

Eh....jangan-jangan senior tadi mind reader yak? :O

Tapi yah gitu, di saat-saat apapun, selalu ada Sang Penguat, secara langsung maupun melalui mahluknya

Ga perlu sedih-sedih yah pokoknya, masih banyaaaaakkkk yang perlu disyukuri daripada diratapi, aaahhh indah sekaliiii <3

If it s really your time, absolutely you can.
When the moment is your turn, you will never return.

Wednesday, May 7, 2014

Dia Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Menjawab :'D

Assalamualaikuuuuummm sahabaaattt *kutip pembukaan blog pika*

Harus mulai darimana saya tuangkan rasa haru ini? :'))))

***

Dua potong kalimat itu terhenti sekitar seminggu yang lalu, ketika saya ingin bercerita panjang lebar penuh antusias apa yang sudah terjadi

Saat itu ada panggilan yang membuat saya harus beranjak dari depan layar, menjadikan kalimat pembuka postingan saya bertahan sebagai draft, kemudian pola yang sama terus berlanjut hingga malam ini. Tidak terasa sudah seminggu berlalu dan begitu banyak hal-hal lain terjadi, memengaruhi kemurnian rasa yang sempat membumbung asa

Terkejut, bahagia, marah, kecewa, sedih, syukur, lupa, sabar, lelah dan begittttuuuuuuuu banyak emosi lainnya berganti-ganti menyelubungi saya

Hingga malam ini, saya masih kelelahan, banyak hal yang tiba-tiba berbeda sejak saat itu. Sungguh tidak ingin rasanya kehilangan greget ketika pertama kali mengetahui kabar itu, jantung yang berdebar-debar, mata yang berbinar-binar *duile*, semangat yang berkobar-kobar...

Saat itu, rasanya Allah kembali menunjukkan kebesaranNya, membuktikan bahwa tiada yang mustahil bagiNya. Saya, dengan segala kekurangan saya, Alhamdulillah lolos seleksi salah satu program pertukaran :')

Mimpi, cita-cita yang sudah bertahun-tahun dirangkai, angan yang terus dilukiskan, tiba hingga pada masa ketika doa-doa bersambut lembut :')

Saya sangat kaget saat tahu hal itu, sebelumnya tidak ada ekspektasi kelolosan, yang ada malah mengandalkan orang lain yang akan lolos. Tapi ternyata memang Dia Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Menjawab.

Saya ingin bercerita lebih banyak, tapi mohon izinkan mata ini terlelap dahulu dan hati ini juga kembali stabil. Sungguh, banyak kemungkinan-kemungkinan ketika apa yang di depan mata bisa sekejap habis masa. Saya belum tentu berangkat, teman-teman...akan saya ceritakan kemudian juga tentang ini.

Tetap semangat, tetap percaya pada kekuatan doa, tetap yakin Dia adalah pembolak-balik hati yang memiliki paling banyak kejutan, dan sekarang ini tidurlah yang nyenyak dulu... :)))

Monday, March 3, 2014

My Short Story For KASEP 2014

Seperti yang dijanjikan, here you are, my short story is for you :D Cerpen ini terinspirasi dari kisah John Nash seorang ilmuwan penderita skizofrenia yang sudah difilmkan dengan judul Beautiful Mind, cita-cita salah seorang adikku yang ingin jadi intel, penyadapan yang dilakukan Aussie tahun lalu terhadap Indonesia, daaann tentunya DSM IV-TR beserta buku abnormalnya Neale yang enak dibaca huaha XD Semoga sodara-sodara ndak kecewa ya setelah bacanya, karena....ngga keren-keren banget sebenarnya >_< Salam aaanntusias!!


Perkumpulan Rahasia
Oleh: Siti Habibah Rhadiatullah
Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Aku sangat yakin kemarin malam Fira datang ke rumah, mengantar berkas-berkas perkumpulan rahasia kami. Tapi aku tidak mengerti kenapa ia tidak mau mengakui hal itu, memang benar perkumpulan rahasia ini tidak bisa dibicarakan disembarang tempat, tapi kami hanya berdua disini, menurutku bukan masalah kalau kami membicarakan hal ini.

"Anna, aku gak ngerti apa yang kamu maksud, perkumpulan apa? Tadi malam aku benar-benar tidak pergi kemana-mana, serius "ucap Fira sambil menatapku heran.

"Ayolah Fir, tidak ada orang lain disini, kita bisa bebas membicarakan berkas-berkas semalam" aku tetap bersikeras.

"Maaf Anna, aku harus cepat pulang, ada yang harus aku kerjakan dirumah, sampai jumpa besok ya, daahh" pamit Fira buru-buru kepadaku.

Aku hanya terdiam melihatnya berlalu, memperhatikan punggungnya yang makin menjauh. Aku tahu kemarin malam Fira datang bersama Firman untuk mengantar berkas-berkas itu, tapi tadi saat sebelum bertanya pada Fira, aku juga bertanya pada Firman, ia juga tidak mengakui hal itu, aku tidak mengerti, kenapa sih?

***

Jarum jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 9 malam, aku baru saja masuk kamar, tadi aku kedatangan tamu lagi, akhir-akhir ini setiap malam selalu ada utusan dari perkumpulan rahasia yang datang ke rumahku. Perempuan tadi bernama Shelda, aku belum pernah kenal dia sebelumnya. Tadi dia memberitahukan aku hal penting, alasan mengapa Fira dan Firman tidak mau mengakui tentang kedatangan mereka, mengapa mereka berpura-pura tidak ada apa-apa adalah karena tidak suka kehadiranku di perkumpulan rahasia. Harapan mereka aku merasa bingung, lalu tertekan dan mengundurkan diri. Oh! Tega sekali mereka yang dulu mengaku sahabatku.

Sebenarnya ada yang harus aku katakan kepada kalian, perkumpulan rahasia kami ini memang berbahaya, namun sangat istimewa. Kami adalah kelompok pemuda terpilih yang diutus secara tersembunyi oleh pemerintah untuk menjadi mata-mata. Akhir-akhir ini begitu marak penyadapan data-data negara oleh pihak asing, pemerintah mencurigai adanya campur tangan orang dalam, dan berdasarkan penelusuran terselubung, orang dalam itu memiliki agen-agen mahasiswa di beberapa kampus yang potensial, termasuk kampus kami.

Kami, para pemuda terpilih ini harus berkompetisi untuk memecahkan kode-kode rahasia yang menjadi petunjuk siapa yang bertanggung jawab atas kebocoran rahasia negara, siapa saja agen-agen mahasiswa yang diberdayakan, bagaimana cara kerja mereka, motif dibalik semua ini, dan sebagainya. Kami bekerja sama dengan intel. Ini sungguh istimewa, sebelumnya intel tidak pernah bekerja sama dengan orang lain, dan coba bayangkan hadiah besar yang menanti kami? Selain materi maupun penghargaan, beberapa dari kami akan direkrut menjadi anggota tetap intel negara! Oh alangkah menggiurkannya, itu impianku sejak kecil!

Hanya saja jumlah yang akan direkrut tersebut tidak ada yang mengetahui, pastinya hanya sedikit, ini yang menyebabkan diantara kami ada yang mencoba saling menjatuhkan, bekerja sama saat butuh namun setelah itu mencoba menikam. Itu yang dikatakan Shelda, dan aku percaya, terlebih lagi setelah merasakan apa yang Fira dan Firman coba lakukan. Namun aku tidak mau ambil pusing, sekarang lebih baik aku menyusun rencana selanjutnya.

***

Rencanaku sudah bulat, sebulat telur rebus yang dibuat mama untukku pagi ini. Aku akan menemukan kode-kode yang Fira dan Firman coba pecahkan, lalu kode tersebut akan aku kacaukan, sehingga akan memperlama waktu mereka. Selagi mereka menyusun ulang kode-kode itu lagi, aku akan mengajukan interpretasi kode-kode yang sudah aku susun ke ketua perkumpulan, seorang pemuda yang sudah menjadi anggota tetap intel negara. Semoga dia terkesan dengan kecepatanku memecahkan kode-kode itu dan merekomendasikan aku terpilih menjadi anggota tetap intel juga. Amin!

"Nak, kalau makan jangan melamun, telur rebusmu mulai dingin tuh" suara mama memecah lamunanku.

"Eh iya ma, aku cuma lagi mikir aja kok, Shelda kok akhir-akhir ini jadi jarang datang ya?" Tanyaku pada mama.

"Shelda? Kamu udah beberapa kali sebut nama itu, tapi mama belum pernah ketemu deh sama dia, setiap datang dia juga ga nyalamin mama, pemalu banget apa ya anaknya? "Interogasi mama.

"Masa sih mama ga pernah lihat? Dia pernah kok papasan sama mama di taman belakang, mama lupa aja kali "jawabku membela.

Mama hanya mengangkat bahu dan berlalu, menuju dapur, mungkin mau mencuci piring-piring sisa makan kami semalam.

Ttttteeetttt .... teeettt ... Ttteeettt ....
Itu suara bel rumahku, lalu terdengar ketukan pintu berirama 2-1-2, khusus sandi perkumpulan kami. Itu pasti Shelda! Aha, aku bisa meminta dia menemaniku mencari kode-kode milik Fira dan Firman. Tanpa ba-bi-bu lagi, aku langsung bergegas menuju pintu depan dan membukanya, benar sekali yang berdiri didepanku sekarang adalah Shelda.

"Hai Ann, siap untuk hari ini?" Tantang Shelda dengan cool.

"Memangnya hari ini ada apa?" Seingatku aku belum punya janji apa-apa dengannya.

"Aku tau Ann, aku akan temenin kamu cari kode-kode milik Fira dan Firman, tenang aja, aku punya petunjuk kok" ucap Shelda ceria.

Aku terdiam, kenapa dia bisa tahu? Apakah dia bisa membaca pikiranku?

"Hahaha, jangan takut gitu Ann, kamu kaget ya? Aku udah duga aja kok kamu bakal ngelakuin ini setelah aku kasih tau tentang rencana Fira dan Firman, ini normal banget Ann "ujar Shelda dengan tetap ceria.

"Ya aku ngerasa aneh aja kamu kenapa bisa tahu, aku jadi khawatir banyak yang tahu juga" jawabku pelan.

"Oh engga kok haha ​​ayo kita ke aula kampus sekarang, aku tahu mereka sedang disana, mereka sedang latihan teater, kita bisa bongkar tas mereka dengan bebas. Sebagai orang kepercayaan kepala, aku punya luas untuk tahu identitas lengkap semua anggota perkumpulan kita, aku bisa akses keberadaan semuanya "kata Shelda.

"Yah okedeh, yuk yah" jawabku singkat walau masih ada perasaan aneh.

***

Aku ga nyangka! Ternyata Fira dan Firman adalah agen-agen mahasiswa yang membantu membobol data negara, mereka penuyusup di perkumpulan rahasia kami. Shelda salah sangka, mereka bukan ingin terpilih menempati posisi anggota tetap intel dengan menyingkirkan anggota-anggota klub lain satu persatu, tapi mereka memang berencana membubarkan perkumpulan rahasia ini secara perlahan. Ya ampun.

Tadi saat aku dan Shelda memeriksa tas mereka, aku menemukan banyak sekali jawaban. Sebenarnya didalam tas mereka yang menjadi indikator hanyalah kunci yang direkatkan pada kertas berisi sandi rumput. Beruntung aku dulu pernah ikut pramuka, aku mengerti sandi tersebut, sandi tersebut berisi kode dimana mereka harus mengambil barang-barang yang dititipkan oleh atasan mereka. Dugaanku, sebelum aku dan Shelda memeriksa tas mereka, ada seseorang yang terlebih dahulu memasukkan pesan tersebut untuk mereka, namun sebelum mereka membaca pesan tersebut, kami sudah lebih dulu mengetahuinya.

Sesuai pesan tersebut, aku mengajak Shelda menuju kantin lama kampus. Kantin yang rencananya akan direnovasi tersebut sampai sekarang masih berantakan, belum ada tanda-tanda akan kembali dijamah. Aku membuka rak kecil di sudut dapur bekas kantin yang terlihat lebih bersih dari bagian kantin yang lain.   Ada lencana agen milik klub asal mereka, ada alat-alat mutakhir yang bisa digunakan untuk membobol apa saja, ada segepok uang negara asing yang disertai surat. Kali ini surat tersebut tidak menggunakan sandi rumput, namun sandi angka. Mudah, aku bisa membacanya. Dari situ aku mengerti bahwa mereka, Fira dan Firman adalah agen penyusup tersebut. Shelda juga tidak menyangka, ia bergegas menelfon ketua perkumpulan rahasia kami.

Sekitar 15 menit kemudian, Shelda mengakhiri sambungan telfonnya. Ia mengatakan semua akan segera diurus pihak intel, kami harus segera pergi dari sini membawa semua barang bukti ini. Kami bergegas menuju markas perkumpulan rahasia.

***

"Sudah lebih dari satu bulan Anna jadi aneh begini ma, kalau diajak bicara suka ngawur, aku juga pernah lihat dia lagi tulis-tulis banyak angka di dinding kamar, tapi semua itu gak ada maksudnya ma, sama sekali bukan pelajaran dikampus kami, aku khawatir "ucap Azta, kakak kembar Anna, pada mamanya.

Mama hanya terdiam, terlihat berpikir keras, lantas berkata, "Kamu tahu temennya Anna yang namanya Shelda ngga?"

"Shelda? Aku ga pernah tau Anna punya temen yang namanya Shelda deh. Emang kenapa si Shelda itu ma? "Tanya Azta.

"Anna sering cerita kalau sedang pergi bersama Shelda, katanya juga Shelda sudah sering datang ke rumah. Tapi mama ga pernah lihat tuh, kamu pernah lihat temennya yang ga kamu kenal datang ke rumah "? mama balas bertanya.

"Ma, aku ga pernah lihat Anna berteman dengan siapapun sekarang, di kampus dia selalu sendirian, aku sempat tanya ke temen dekatnya dulu, Fira dan Firman, mereka juga bilang kalau Anna sekarang menjauhi mereka. Bahkan mereka pernah melihat Anna membuka-buka tas mereka, menemukan coretan-coretan iseng Firman saat bosan mendengarkan kuliah, lalu membawa coretan itu pergi sambil tertawa, aneh ma. Kalau tahu akan jadi seperti ini, aku ngga akan ambil program akselerasi ma, kami jadi beda tingkat sekarang, aku udah sibuk ngurus skripsi disaat dia mungkin kesulitan dengan pelajaran yang sekarang, pelajaran paling berat memang ada di semester dia sekarang, dan aku ga bisa temenin dia sepenuhnya "Azta mulai terisak.

"Azta, kalian udah mulai dewasa, ga mungkin juga nempel terus, Anna juga bukan tanggung jawab kamu kok, yaudah nanti mama coba bicara ya sama Anna" kata mama tenang.

Kebetulan sekali, tidak lama kemudian terdengar salam, Anna sudah pulang, segera menyalam mama, kemudian berkata, "Ma, mama kan selalu penasaran tentang Shelda, ini ma orangnya, mama pernah lihat dong sebelumnya?"

Mama tertegun sejenak, "Eh iya nak, oh ini ya Shelda, cantik ya, ahya mama baru ingat ada yang harus mama kerjakan di kamar, kalau bisa kamu dan Shelda tolong bantu mama kasih makan ikan di kolam belakang dulu ya nak".

Anna mengangguk dengan semangat, "Kami ngga lama kok ma perginya, nanti aku beli ya ikan titipan mama".

Mama mengangguk, tersenyum menahan tangis. Wajah Azta pucat, matanya masih membesar, bibirnya sedikit terbuka.

"Ma, mama kenapa berpura-pura kalau Shelda itu ada? Mama lihat sendiri kan kalau Anna tadi sendirian? "  Azta masih shock.

Mama menarik napas dalam-dalam, diraihnya tangan Azta, "Azta, ada yang harus mama ceritakan, ayo kita ke kamar"

Sembari bergandengan tangan mereka berdua berjalan ke kamar. Sampai di kamar, mama membuka lemari pakaian dan mengeluarkan kotak seukuran 3x lebih kecil dari kardus air mineral cup yang kulitnya berlapiskan beludru hitam. Kotak tersebut dibuka, samar-samar tercium aroma bunga melati, bunga kesukaan mama. Dalam kotak terebut ada surat-surat, foto-foto, guntingan-guntingan koran, dan perhiasan-perhiasan mama.

Mama menunjukkan satu foto ke Azta. "Ini kita berempat Azta, 19 tahun yang lalu, tepat usia kalian 1 tahun, bahagia sekali rasanya. Sebelum semuanya berubah, sebelum papa jadi berbeda ", suara mama terdengar getir.

"Kamu nyimak ngga kalau tadi saat mama minta tolong Anna kasih makan ikan, jawaban Anna malah ngga nyambung?" Mama kembali bertanya.

Azta mengangguk. "Iya ma, sebulan terakhir ini setiap aku ajak bicara, Anna memang berbeda. Terkadang ia berperilaku seolah-seolah menjadi seorang detektif yang tidak bisa diketahui identitasnya. Tapi ia juga pernah keceplosan menyebut-nyebut agen negara, perkumpulan rahasia, dan sebagainya ".

"Dulu, papa juga seperti itu", suara mama terdengar lirih. "Berdasarkan penelitian, yang sebenarnya masih jadi pembicaraan, penyakit ini bisa turun ke kalian. Ke mama juga bisa, tapi lebih besar kemungkinan untuk muncul di kalian. Nama penyakit ini skizofrenia, Azta. Skizofrenia. "

Azta menatap mata mama yang berkaca-kaca, kemudian berkata dengan suara yang parau, "Lanjutkan ma, Azta akan tetap nyimak".

"Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa, dari begitu banyak gangguan jiwa lainnya. Pengidapnya akan sulit membedakan antara dunia nyata dengan dunia yang secara tidak sengaja ia buat sendiri. "

Azta menimpali, "Jadi... Shelda itu bisa dibilang teman khayalan Anna, ma? Dulu papa juga punya teman khayalan? "

Mama tersenyum, "Iya Azta, teman khayalan papa adalah seorang Menteri Pertahanan. Papa jadi sering kompleks mikirin masalah keamanan negara. Itu awalnya, lama-lama jadi semakin parah, selama 6 bulan lebih papa terjebak dalam pikirannya sendiri. Papa tidak mau berangkat kerja, papa bilang harus mengurus strategi pertahanan negara di markas. Padahal markas yang papa sebut itu adalah garasi rumah kita, dan yang papa lakukan hanyalah menggambar banyak pola yang sama di kertas. Kadang papa juga tiba-tiba seperti patung. Itu adalah saat-saat sulit, kalian masih kecil, mama harus bekerja sendirian, merawat kalian, memenuhi papa yang makin aneh setiap hari. Papa tidak mau keluar dari rumah, mama juga tidak ingin papa keluar, mama malu jika orang lain tahu kondisi papa. "

Mama menarik napas sebentar kemudian kembali melanjutkan, "Hingga mama merasa tidak sanggup lagi menghadapi ini semua sendirian. Mama mencari informasi tentang orang yang bisa dimintai tolong, mama menemukan orang pintar nak, dulu mama tidak paham bahwa ini adalah skizofrenia, bukan kemasukan atau santet "

Azta tertawa kecil, "Mama ke dukun?"

"Iya nak, saat itu mama begitu kalut. Tapi ke dukun juga hasilnya percuma. Sampai akhirnya mama beranikan diri cerita ke teman mama. Teman ini membawa mama ke seorang ustadz, mama menceritakan semuanya tanpa ditutup-tutupi. Sang ustadz pun memberikan nasihat-nasihat pernikahan, memberikan pencerahan-pencerahan tentang sabar, takwa, dll. Lalu ia mengajak mama bertemu dengan istrinya yang ternyata adalah seorang psikolog "suara mama mulai lebih tenang.

Azta tersenyum, merasa alur cerita akan menjadi lebih baik.

"Dari ibu psikolog yang lembut itu lah mama jadi tahu tentang skizofrenia. Papa mulai di terapi, bahkan sempat masuk ke rumah sakit jiwa juga nak. Tapi mungkin memang takdir sudah ditentukan, sebelum sempat sembuh kembali, papa kembali kepadaNya nak ", mama mulai menangis.

Selama beberapa menit mereka terdiam, yang terdengar hanya suara isakan.

"Ma, aku dengar semuanya", tiba-tiba Anna muncul.

Mama dan Azta terkejut, memandang ke arah Anna yang ikut menangis. Anna berlari ke arah mama, memeluk mama erat sambil menangis. Azta ikut mendekap mereka.

"Tapi semua terasa begitu nyata ma, aku sulit percaya kalau ini cuma khayalanku, bahkan Shelda sekarang ada disamping kita, mengatakan kalau mama berbohong, mama tidak ingin aku masuk intel, jadi mama mengarang cerita agar aku tidak melanjutkan misiku.... Tapi aku lebih percaya pada mama dari Shelda, aku percaya mama. Mama yang seumur hidupku berjuang untukku, untuk kita ", tutur Anna.

Mama belum bisa berkata-kata, Azta yang lebih dahulu membuka suara, "Adik kembarku, oh adik kembarku, kamu pasti bisa kembali seperti dulu lagi, kita harus segera pergi. Mama, bisa kah sekarang kita ke rumah ibu psikolog yang dulu? "

Sambil menangis, mama mengangguk dan berkata, "Tentu anakku, mari, mari, kita bergegas, semakin cepat kita bertindak, akan semakin baik"

Kemudian mereka bertiga segera bersiap-siap untuk berangkat, di hati masing-masing ada doa, ada harapan untuk orang-orang tercintanya. Walau sebenarnya Anna masih bisa melihat Shelda yang terus berusaha mempengaruhinya untuk lari saja dari situasi tersebut.
*****