Wednesday, November 18, 2015

Regulasi (?)

Bergulat dengan konteks mental yang menyapa. Rasanya boleh saja mencekam. Tapi oh sungguh benar, tenanglah.

"...dan hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang..."

Ia menarik nafas dalam-dalam. Banyak pemikiran yang merasuki. Kewajiban mendesak disetiap sudut. Hak berlebih menutup. Ia pun mulai menyalahkan diri. Hingga, teringat pada pesan itu.

Bismillah, bersabarlah. Perjuangan akan selalu berbunga dan berbuah! Kelak :)

Monday, November 9, 2015

Sembari Menanti

Titik nadir katanya akan berdetak memecah detik
Jumpakan puing demi bersatunya harap
Melandasi mimpi masa setengah mahluk
Hingga langitku dan langitmu kadung membiru

Pasal cerita tersendat
Apa jadi jika terbentur harus
Mengulang degup setiap baca
Pasrah bagi kehendakNya saja

Sedang apa disana?
Pada sebrang latar perjuangan
Bagaimana harinya?
Diam-diam ada yang sembunyikan tanya

Sunday, October 4, 2015

Meraki Aur. Intro

Assalamualaikum. Halo dunia~

Setelah berbulan-bulan menanti, Alhamdulillah kini sudah kembali kuliah \^^/ sudah sebulan malah hehehe.

Pada semester 7 ini ada 7 mata kuliah yang beruntung karena saya pilih :p Salah satunya adalah Intervensi Sosial, Insos nama akrabnya. Matkul satu ini memberi kesempatan sekelompok mahasiswa untuk terjun ke masyarakat dan melakukan action research. Sorotan utamanya adalah pengabdian berupa community development berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah psikologi, ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia berdasarkan proses mentalnya :)

Banyak cerita yang sudah beredar tentang Insos, bahkan sejak saya masih maba. Tentang perjuangan, jatuh dan bangun, kejadian demi kejadian, rasa pahit getir manis asam asin (?), dan baaanyak sekali kenangan-kenangan.

Sounds good, eh?

Ya, saya rasa penting untuk berbagi kisahnya. Apapun bisa terjadi nanti, the power of serendipity ;) Langsung disini, tanpa menuliskan terlebih dahulu di buku harian. Belajar dari pengalaman kisah PPAN yang belum kunjung rampung dipindahkan dari buku harian :')

Oke! Jadi, mengapa dinamai Meraki Aur?

Kampung Aur adalah lokasi Insos kelompok kami. Kami ber-9, Byuti-Muthia-Nana-Isan-Ade-Melfa-Rina-Gadis-dan saya. Fokus kami adalah komunitas penduduk Kampung Aur yang tinggal dipinggir rel kereta (ada juga penduduk Kampung Aur yang tinggal di pinggir sungai). Kelurahan Kampung Aur sendiri tergolong masih terletak di tengah kota Medan, tidak jauh dari istana sultan, dekat dengan pusat keramaian, ia nyata diantara hiruk-pikuk kesenjangan.

Meraki? Meraki...saya baru saja mengetahui makna kata ini, yang ternyata indah sekali :)

Sumber: https://www.facebook.com/kreshna.aditya/media_set?set=a.10206313602740469.1073741836.1278625177&type=3
Mudah-mudahan akan sesuai dengan doa ini, semoga bisa menebar manfaat bersama-sama.

Seperti apa kisah kami? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Yak, temukan jawaban pada postingan-postingan selanjutnya ;)

Monday, August 10, 2015

Balada Sua

Maka setiap hati memiliki muaranya. Satu. Kekal. Selamanya.

Bukan tanya jika jawabnya sudah ada. Hanya terkadang bisikan sudah mengaburkan. Menorehkan dari keinginan mulia. Tergerus pada hal yang awamnya biasa.

Sudah selayaknya tunduk ini semakin dalam untukNya. Pengirim rasa, semesta terilham. Menyelipnya sepucuk cinta pada hati-hati manusia. Penuh harap doa terkesiap.

Pribadi yang menitipkan kesan. Tangguh dan memberi tanda.

Seakan nyata dalam bayangan. Beranjak dari gelap. Menyemai kehidupan.

Percaya masa akan sampai dalam sekejap perjuangan. Sampai bersua.

Wednesday, August 5, 2015

Episode 7 : Selasa, 14 Oktober 2014. First Group Meeting

Baru satu hari tidak berjumpa Indonesian, rasanya sudah laaamaaaa sekali.. Lelah menggunakan bahasa Inggris? Oh yes >_< walau bagaimana pun, bahasa Indonesia tetap yang paling nyaman dilidah. Maka pagi itu, ketika terbangun dan teringat jadwal hari ini, rasanya sungguh tidak sabar segera beranjak, ingin segera berkumpul dengan Indonesian. Oh...Tanah airku Indoneeesiaaa... ~\^o^/~

Emily dan saya diantar oleh Dad ke lokasi pertemuan kelompok, Vancouver Island Regional Library, 90 Commercial Street, Nanaimo, BC V9R 5G4, Canada. Hmm serius saat tulis ini tiba-tiba sedih, mala rindu...

*nangisdipojokan*

Source : Google

Oke.

Sesampainya di depan perpustakaan, sudah ada beberapa teman-teman yang menunggu. Voila!! Berlari ke arah mereka, peluukk, rindunyaa...dan excited sekali ada teman bicara bahasa Indonesia lagi >_< terus kita ngobrol-ngobrol, saling tunggu sampai semua lengkap, lalu masuklah beramai-ramai ke dalam perpustakaan yang akan jadi markas untuk seterusnya >:) btw perpusnya cantik sekaliiii....banyak buku maupun vcd yang bisa dipinjam :")

Naik ke lantai 2, sudah ada ruangan khusus yang dipesan untuk anak-anak program Canada World Youth ini :D Yak. Mulai circle check resmi pertama Nanaimo-Pulau Kelapa. Membentuk lingkaran, kita ber-20 akan bergantian bercerita. Kabar, kesan, pengalaman, dan apapun yang ingin diungkapkan.

Ternyata ada bermacam-macam kejadian disetiap hostfam, ada yang di rumahnya ada anjing galak + dede bayi rewel dan ga dapat wifi, ada yang tinggal bersama pasien mental issue yang sedang berobat jalan + keluarga Filipino dan punya gayung di rumahnya huwaaa asyik beud, ada yang tinggal sama mommy-mommy a.k.a pasangan lesbian, ada yang begitu dijemput 2 hari lalu langsung diajak liburan ke victoria + mereka dapat cabin sendiri wuhuuuu, ada yang dapat hostmom super gaul udah ngajak-ngajak nonton konser segala, ada yang tinggal dengan canadian yang dulu pernah menetap 2 tahun di Bandung, ada yang dapat hostfam super baik nan royal, ada yang saat ngobrol-ngobrol di makan malam hostfamnya punya kecepatan berbicara yang super. Fiuh, bermacam-macam cerita disetiap rumah tangga XD

Selain circle check, dipertemuan pertama kita juga dibagi-bagikan uang saku hihihi $25CAD untuk 2 minggu, kartu bulanan untuk naik bus lokal yang bisa dipake sepuasnya, goodie bag Nanaimo, dll. Khusus minggu ini dan minggu depan, kegiatan masih akan dilakukan bersama-sama kelompok, sebelum akan terjun ke dunia masing-masing yang sesungguhnya.

Dua minggu ke depan adalah Community Orientation Week, beramai-ramai kita pelajari seluk-beluk kota Nanaimo ini. Rute bus, jalanan-jalanan, mengunjungi tempat-tempat strategis, daaann yang paling utama, megunjungi tempat-tempat magang nantinya.

Pada hari ini, kita kunjungi satu tempat magang, yaituuu....Loaves and Fishes Food Bank. Orang-orang kurang mampu, tidak memiliki rumah, dsb, bukan hanya ada di Indonesia, di Kanada juga banyak. Food Bank, sesuai namanya, memiliki peranan yang besar bagi mereka yang membutuhkan untuk tetap dapat mengkonsumsi makanan yang sehat. Ada banyaaaaaaakkkkk sekali makanan disini, enak-enak, makanan-makanan berkualitas dan memiliki harga tinggi pula.

Makanan yang menjadi kebutuhan primer manusia, menjadikan iklim kerja di Food Bank sangat sibuk, seluruh volunteernya akan bekerja dengan cepat untuk memenuhi target makanan bagi mereka yang butuh. Jobdesk menjadi volunteer disini kurang lebih akan membantu menyortir berbagai jenis makanan, membantu membersihkan keranjang-keranjang yang telah digunakan, pengepakan, dll yang menggunakan fisik. Bekerja keras sesungguhnya membuat lapar, dan....saat bekerja disini sambil kelaparan, volunteer dikelilingi begitu banyak makanan yang tidak bisa dimakannya, hihi

Saya punya satu rahasia. Ada yang masih jadi pikiran saya, Charlotte dan Kak Rihaf. Apalagi kalau bukan soal keegoisan saya dan Emily yang ingin bisa bersama. Sebenarnya lebih kepikiran ke Charlotte sih, karena saya tau betul Kak Rihaf tidak masalah sama sekali, toh itu juga karena counterpart asli Kak Rihaf, Emily, yang awalnya ingin... Namun Charlotte, saya merasa sudah ngePHPin dia T_T Lagipula ia kekeuh supaya saya simpan sweater yang seharusnya jadi punya Kak Rihaf. Jadilah lewat Kak Rihaf saya titipkan souvenir lain, hiasan dinding khas batak yang terbuat dari kayu, untuk Charlotte. Semoga ia suka :')

Yuk move on. Selain mengunjungi Food Bank, kita juga berjalan-jalan disekitar Maffeo Sutton Park dan Waterfront, ambil gambar a.k.a foto-foto sekelompok untuk yang pertama kali. (Setelah ini bakal banyak setiap hari haha).

One of some our first photo session


Selain itu kita juga keliling-keliling di mall terdekat, Port Place Shopping Centre namanya. Mall-mall yang ada di Medan semuanya bertingkat, kalau di Nanaimo melebar, seperti kompleks perumahan. Mungkin karena Kanada itu luas sekali, negara paling luas kedua setelah Russia >:) Saat itu pertama kali kenal Dollarama, FreshSlice tempat beli Pizza perslice jadi ga perlu seloyang seperti disini hihi, Thrifty Foods, London Drugs, dll.

Seusai hari pertemuan yang menyenangkan, waktunya pulang \^o^/ Ada yang dijemput, ada yang pulang sendiri naik bus. Ini kali pertama saya naik bus disini, bareng-bareng sama yang bus-nya searah <3 Sesampainya di rumah...tradisi favorit, makan malam lengkap sekeluarga sambil ngomongin kegiatan semuanya hari ini. Besok bakal pertemuan kelompok lagi, saya dan Emily akan mulai naik bus dari rumah, Maggie dengan senang hati menggambarkan denah dari rumah menuju bus stop - bus stop terdekat.

Can't wait to meet the group again tomorrow :D

Wednesday, July 29, 2015

Episode 6 : Senin, 13 Oktober 2014. Canadian Thanksgiving Day

Sejenak teringat kembali pada bayangan masa lalu. Ahh, setiap mencoba menulis yang telah terjadi selama program, menjadi waktunya memutar ulang ingatan yang selalu saja membawa rasa Haru. Rindu.

Pagi itu, pagi pertama terbangun di kamar baru. Kalau tidak salah, saya terbangun cukup lama, sekitar jam 9 pagi barangkali, namun Emily belum bangun juga. Canadian memang biasa untuk bangun pagi sekitar jam 9 atau 10, tapi kalau ada keperluan bisa bangun lebih dini. Saat itu saya sedang menstruasi, tidak bisa Shalat, jadi latah terikut pola bangun mereka hihihi.

Keluar kamar, menuju kamar mandi, bergegas mandi. Kamar mandi disini merupakan dry toilet, yang basah cuma kotak kaca tempat kita shower-an, kalau sudah selesai pakai kamar mandi, harus memastikan semua dilap kering lagi *kecuali ruang kaca shower-an itu*. Salah satu adaptasi yang mengesankan saya ada dipersoalan ini huhu terutama setelah pee atau poo, mereka pakai tisu toilet, bukan air, tidak ada fasilitas sama sekali seperti ember+gayung, selang air, atau air yang bisa keluar dari bibir toilet, seperti di Indonesia. Jadilah saya selalu membasahi tisu toilet dengan air dari wastafel dulu, mengulang selama beberapa kali hingga yakin sudah bersih. Sangat tidak nyaman urusan bersih-bersih ini tanpa bersentuhan air :"

Seusai mandi, ternyata Emily sudah bangun, sudah siap juga ganti baju. Mandi? Tidak. Canadian memiliki kebiasaan mandi berbeda dengan Indonesian. Kita mandi 2 kali sehari, mereka....2 hari sekali. Hmm ini ada hubungan dengan cuaca yang kita miliki, kita terbiasa dengan udara panas sepanjang tahun yang membuat mudah berkeringat, mereka tidak. Saat itu adalah musim gugur, udara lumayan dingin, dan tidak mengeluarkan keringat sama sekali jadi tidak berbau. Tapi tetap saja, urusan mandi ini saya tidak sanggup kalau tidak mandi setiap hari, apapun musimnya huehehe.


Naiklah kita ke lantai atas, sudah lapar uuuu, bisa dibilang ini udah hampir waktu makan siang. Mom juga sedang makan ternyata, mengucapkan selamat pagi, bertanya gimana tidur kami, dengan cepat beliau juga menyiapkan makanan untuk kami, sambil menunjukkan berbagai alat dan bahan dapur, agar lain kali bisa serve your self alias ambil sendiri aja hahaha.

Seusai makan, kita lanjut ngobrol-ngobrol, banyaaak sekali yang dibahas, salah satunya adalah Thanksgiving Day yang jatuh pada hari ini. Berbeda dengan US yang merayakan pada Kamis keempat bulan November, Canadian merayakannya pada Senin kedua bulan Oktober. Tidak lama kemudia Dad muncul, membawa banyak belanjaan. Ah! Kita akan makan besar untuk makan malam pertama <3


Bukti cinta mereka, bela-belain cari ayam berlabel halal yang lebih mahal dari ayam tanpa label :")



Pumpkin pie! Yummy tradition
Tradisinya sih....kalkun akan dikosongin, diisi berbagai stuff didalamnya lalu dimasak. Tapi...dad ngga berhasil menemukan kalkun dengan label halal dan mom juga ngga terlalu suka kalkun, jadilah kita masak 2 ekor ayam halal ini, tetap dengan berbagai stuff didalamnya :D lupa apa aja stuff itu, tapi enaaaak bangeeettt. Kita masak sekeluarga, kalo ga salah ada kuah untuk ayam itu juga, ada mashed potato, salad, jus jeruk, pumpkin pie beli jadi untuk dessert, apa lagi yah?

Setelah urusan masak memasak beres, Maggie pulaaaang, pertama kalinya jumpa hostsister satu ini ^_^ usianya 18 tahun saat itu, baru beberapa bulan lulus SMA, ngga langsung sambung kuliah tapi jadi bartender di Starbucks. Kalo sekarang, saat saya tulis ini, ia udah terdaftar di Vancouver Island University dan akan segera mulai kuliah :D

Oke. Anggota keluarga sudah lengkap. Waktunya makan besaaarrr :D makan malam selalu jadi waktu yang istimewa dan lama, karena kita akan berbagi setiap kisah yang dialami pada hari itu, ini dilakukan setiap hari, ah tradisi keluarga yang saya sukai sekali :)

Emily-Mom-Dad-Maggie-Habibah's first supper together
Selesai makan, kita sekeluarga cuci piring bersama, singkat saja waktu yang dibutuhkan karena pakai mesin pencuci piring, benda yang ada hampir di tiap rumah Canadian :D by the way jarang ada Canadian yang punya pekerja rumah tangga di rumah, semua dikerjain mandiri.

Hingga sudah waktu beristirahat, Emily dan saya berpamitan, saling mengucapkan selamat tidur dengan Mom, Dad, dan Maggie. Tapi ternyata ada kejutan dari Dad, ia juga memberi kasur udara tambahan, agar kami punya kasur masing-masing, padahal kasur yang sekarang cukup besar untuk dibagi berdua, seperti malam sebelumnya.

Jadilah sebelum tidur, kita utak-atik kasur udara itu, juga merubah tatanan kamar kami. Selesai, sudah waktunya tidur. Tapi....Emily dan saya mengobrol lagi, dan ternyata night conversation sebelum tidur ini menjadi rutinitas kami pada malam-malam selanjutnya :D

Ps. Ngga sabar group meeting besok <3

Episode 7 : http://rhadiatullah.blogspot.co.id/2015/08/selasa-14-oktober-2014-first-group.html

Thursday, April 30, 2015

Mati, Kelak Kemudian Hari

Jauh memang, lama sudah, terkatung-katung mencari seutas harap, terseok kumpulkan pekat, o tanda bahaya

Pencarian ini belum berakhir walau sungguh sudah nyata tujuan disana. Ah mungkin bukan, tapi jalannya yang penuh liku, niatnya yang terkabut semu

Lurus, maka itu harap untuk bertahan selalu. Pergumulan demi kerapnya hati yang bicara tertutup dosa. Doa yang selalu menggoda ah semoga baik adanya

Hidup dan mati. Sukanya membayangi, memenuhi imaji. Waktunya tak diketahui, sulutnya berkobar kadang juga bertepi. Hanya ku tahu betapa berat saat arungi semua tanpaMu Ilahi

Wednesday, April 29, 2015

Getir

Hati tempatnya tanya. Kenapa bisa rasa, kenapa bisa ada. Oh mengapa sekarangkah? Sudi kiranya hilang saja dari ingat. Boleh andainya pergi saja dari harap. Maka hati hanya milikNya seutuhnya. Tanpa tengok sisi lain dari dunia.

Di Ujung Dermaga, 24 Januari 2015

Pagi jadi satu kunci untuk beranjak dari gelap yang menyongsong jauhnya mata memandang pada segenap kicau yang membuai kalap

Pergi berarti bergerak yang memindahkan raga bersama jiwa menuju satu cita yang membuncah walau api-api sudah bersua asap

Pergi menjadi buai dalam angan membuka tabir saat hati terjumpa senyap

Namun bilakah pergi berujung kembali maka hamba berlepas tiada?

Maka hamba percaya pada satu titik kita berjumpa pada kepergian yang didalamnya senantiasa semburat pengembalian

*Kata demi kata ini mengingatkan pada pagi itu di Pulau Kelapa. Menunggu waktunya tiba, menghabiskan waktu-waktu terakhir menatap lautNya, paduan berbagai biru dengan jernih tiada tara, juga kombinasi arakan awan yang bergumul berpindah begitu nyata. Pagi yang sibuk, kapal-kapal sudah bersiap pada pagi itu, membagi nada pada tiap partikel udara. Tunggu ya, akan ada tulisan khusus Pulau Kelapa ;)

Friday, April 24, 2015

Secercah, Memercik, lalu Membara

Janji menuliskan ulang di blog seluruh catatan perjalanan selama program memang belum selesai, tapi....saya benar-benar terkesima untuk menceritakan hal ini :"D

Sejak kepulangan dari perjalanan 6 bulan jauh dari pandangan itu, jujur saya merasa hampa. Mau melakukan apa-apa rasanya malaasssss sekali. Ndak excited, hampir semua hal terasa datar. Semacam terserang pertanda mood disorder hiks. Walau tetap ada hal-hal bermanfaat (hihihi) yang dilakukan, tetap saja nyawanya tidak semerah dulu..... Mungkin sampai sekitar 2 minggu seperti itu barulah kembali memulai kebiasaan lama, mengambil pulpen dan kertas lalu menuliskan rencana-rencana kembali, tidak hanya sekedar let it flow ;)

Jika terlaksana, rencana-rencana itu akan saya coret, dan......ternyata butuh waktu lama untuk mencoret semua daftarnya...padahal ada hal-hal yang sangat simpel disana, bahkan sampai sekarang, sampai sudah 2 minggu lebih setelah menulisnya, masih ada saja yang huruf-hurufnya tercetak sempurna. Lalai? Mungkin, dan sesungguhnya sangat merugilah orang yang lalai, yang tidak menggunakan seluruh waktunya dengan sebaik-baiknya, dan saya mengalaminya.

Tapi akhirnya percikan semangat itu menghampiri lagi, mungkin sudah sekitar 3 minggu lebih setelah saya pulang. Kembali merefleksi yang sudah terjadi, membuat langkah-langkah yang lebih besar, melakukan hal-hal yang tertunda. Walau....percikan semangat itu tetap datang dan pergi, tetap sejenak muncul sekejap hilang lagi. Dan...tetap masih menyisakan tulisan yang belum tercoret, walau yang tercoret kini sudah lebih banyak :)

Barusan saja, saya menyimak percakapan dua orang senior alumni pertukaran yang pernah saya ikuti, mereka membicarakan persiapan keberangkatan S2 ke Eropa, dengan beasiswa tentunya. Ya! Mereka kembali mendapat kesempatan untuk berkelana lebih jauh lagi, belajar lebih banyak lagi, merasakan cinta Allah lebih kuat lagi, dan.....oh ya Rabb, hati ini tergugah. Tanpa sadar, mereka menginspirasi lagi, mereka menyulut bara semangat yang masih sepercik-sepercik di hati ini, mereka membuat saya cepat-cepat menatap artikel "study in germany" yang tertempel di dinding kamar saya. 

Sudah lebih dari setahun artikel itu tertempel, namun masih ada yang kurang, selain usaha yang masih huhu loyo, saya belum mencantumkan tahun kapan mimpi itu akan terwujud. Hitung-hitung....insya Allah 2017! Ya, segera saya cantumkan tahun 2017 di atas artikel tersebut, ah mengingatkan kembali pada kertas bertuliskan "PPAN 2014" yang pernah saya tempel di cermin. Tulisan itu kini sudah tidak ada lagi, Alhamdulillah mimpi itu sudah menjadi nyata :') dan Insya Allah, dengan usaha yang keras serta bantuan dan izinNya mimpi yang selanjutnya ini juga akan menjadi nyata, Allahumma amiinnn ya rabbal alamiiinnn....






Kamu. Ya, kamu! Kamu juga pasti bisa! Mulailah sekarang, mulailah detik ini juga, mari kejar mimpi kita semuanya bersama-sama! :)

Tuesday, April 14, 2015

Alasan Demi Kemajuan (2)

Kisah ini juga hasil membuka data lama, seingat saya ini ditulis beberapa tahun lalu untuk suatu perlombaan kisah super singkat bertemakan "Berani Beda", hasil perlombaannya.....saya tidak tahu, terlewatkan sepertinya, juga lupa siapa penyelenggaranya huhu :') bahkan saya tidak yakin, apakah naskah ini benar sudah selesai dan sudah dikirim hihi maka biarlah kisah ini menyeruak disini saja..........

Gadis berusia 20 tahun itu bernama Febe. Tinggi, langsing, berambut ikal panjang, berkulit kuning langsat, bermata bundar, cantik. Namun, mahasiswa di salah satu universitas swasta terkemuka di kota Medan ini tidak memiliki teman dekat, lebih tepatnya menjaga jarak untuk memiliki teman dekat. Orang-orang kerap menganggapnya sebagai individu yang anti sosial.
Sehari-hari, selain mengikuti perkuliahan, Febe juga bekerja paruh waktu di salah satu mini market franchise yang sedang menjamur di kotanya. Tidak banyak yang mengetahui hal ini, hanya Febe dan ibunya, satu-satunya keluarga yang ia miliki.
Sejak kecil, Febe adalah anak yang periang, rajin, dan senang membantu. Sifat-sifat  yang ia miliki tersebut membuatnya memiliki banyak teman. Namun masa-masa peralihan memberi banyak pengaruh dalam hidupnya. Masa-masa remaja tersebut menjadi saat-saat tersulit yang pernah ia lalui.
Saat itu ayahnya meninggal tanpa mewariskan apapun untuk keluarga kecil mereka, Febe dan ibu. Tidak lama setelah kepergian ayahnya, rumah sederhana mereka terbakar, menghanguskan semua kenangan-kenangan indah semasa kecilnya. Febe sakit, trauma dengan bumbu-bumbu hidup yang ia rasa begitu pedih. Ia mulai menarik diri dan bermain dalam dunianya sendiri.
Ketika beranjak semakin dewasa, Febe sukses menutupi dirinya dari lingkaran persahabatan yang dulu begitu ia agungkan. Sepulang dari kampus ia lebih memilih langsung mengurung diri di rumah daripada mengikuti kegiatan apapun. Hingga ibunya berkata bahwa mereka yang hidupnya sudah begitu sederhana membutuhkan penghasilan tambahan. Febe memaksa diri mencari pekerjaan sampingan untuk menyelamatkan ekonomi keluarga.
Tanpa ia sadari, statusnya sebagai pekerja di mini market franchise mulai menjungkir balikkan lagi dunianya yang sudah lama terbalik. Semua berawal dari salah seorang mahasiswa yang sekelas dengannya membeli minuman ringan di tempat ia bekerja. Febe tidak mengetahui bahwa perempuan itu teman sekelasnya, ia tidak peduli. Namun sebaliknya, dirinya yang cantik sebenarnya cukup menjadi pembicaraan publik, sehingga lelaki itu mudah mengenalinya.
Perempuan itu mengajak Febe berbicara, memastikan bahwa mereka adalah teman sekelas. Febe merasa malu sekali pada saat itu, ia tidak pernah ingin diketahui bekerja sampingan sebagai mbak-mbak di mini market, tidak pernah. Namun perempuan itu adalah teman yang baik, ia tidak menghiraukan status Febe.
Malah, perempuan itu jadi sering mampir ke mini market, mengajaknya bicara, bercerita, hingga akhirnya mereka menjadi teman yang dekat. Perempuan itu membesarkan hatinya bahwa keadaannya yang berbeda, yakni anak yatim dan susah secara ekonomi, bukanlah penghalang untuk hidup seperti manusia normal lainnya.


Waktu pun terus berjalan, Febe mulai menerima kenyataan-kenyataan hidup memang harus dihadapi, tidak bisa terus menerus sembunyi dan menarik diri. Tidak perlu takut atau malu dengan perbedaan status sosial yang dimiliki. Toh, menjadi berbeda berarti turut berkontribusi memberi warna pada kanvas kehidupan yang itu-itu saja.

Alasan Demi Kemajuan

Ah...kembali tersambung akhirnya. Banyak sekali yang ingin saya ceritakan kembali, banyaaaaak sekali. Sanking banyaknya, saya malah mengalihkan apa yang harus dikerjakan, malah menyibukkan pencarian tampilan, oh oh sebelum kembali pada perbincangan, izinkanlah postingan ini diisi hasil dari sejenak membuka data lama dan menemukan kenangan:

Aku mendengar riak tawa laki-laki dan jerit ngeri perempuan dari ruangan ini. Dari sudut paling terang dari bagian lain yang paling gelap. Aku mendengarnya dibawah cahaya, mendengar suara-suara itu beserta suara mesin yang kuduga dibuat pada tahun 2000an. Aku tahu mereka ada diluar sana, di belenggu kelambu malam yang dingin.

Aku sempat beranjak sebentar dari posisi ini untuk berbicara dengan hati orang-orang yang sepi. Dengan gundah mereka terhadap begundal-begundal di hidup. Oh dengan yang teristimewa yang tengah terlelap juga tentu saja.

Ayahku pulang minta dibukakan pintu, ia datang dari perjuangan. Setelah itu aku kembali ke titik ini. Menikmati terang dengan pendingin ruangan diatas kepala. Tiba-tiba aku teringat biola pusaka. Sudah 2 hari kami tiada bersua.

Lalu menyusul suara pintu besi yang terguncang-guncang berlomba dengan suara orang-orang yang semakin ramai dengan batukan pispot kendaraannya. Sejujurnya aku ingin rebah sekarang, menutup mata, melelapkan cinta. Namun telaga masih berantakan diluar sana.

Titik ini, 5 Februari 2013